Segores pensil
Aku belum pamer ya di blog ini kalau sekarang aku sedang kuliah (lebih tepatnya pendidikan profesional singkat) di bidang Fashion. sudah hampir 5 bulan. Ya, setelah bosan mencari pekerjaan yg cocok :p. Enggak juga sih, sebenarnya sebelum mengambil S1 Management, aku pernah sangat ingin ambil kuliah design. Sayangnya waktu itu aku tidak dapat dukungan.
Berhubung aku tertarik dengan bidang ini, dan ingin menjadi profesional dibidang ini, maka (mungkin) bisa aku mulai dari blog ini ya.
Fashionologi
Di dunia ini semua hal berubah dan berkembang. Yang paling tampak adalah teknologi yang diciptakan manusia. Bukan hanya teknologi yang terus berkembang, tapi juga fashion. Bicara soal fashion, aku tidak sedang membicarakan pakaiannya saja, tapi semua hal yang digunakan manusia di tubuhnya. Misalkan saja perhiasan, topi, assesoris rambut, sarung tangan, sepatu, tas, sandal, dompet, jam, bahkan sekarang (di Indonesia, entah di negara lain bagaimana) berkembang hingga kawat gigi. Bayangkan suatu saat nanti ada butik yang menyediakan assesoris gigi dan banyak orang yang membelinya karena itu tampak keren (Sekarang juga sudah ada lho di online shop).
Fashion mememang identik dengan pakaian atau wear. Seorang murid atau mahasiswa design akan diajarkan membuat rancangan pakaian, serta segala sesuatu yang akan menunjang penampilan seseorang yang akan menggunakan pakaian tersebut. Entah itu kalung, sepatu, tas, topi, dll. Tapi bagian utama yang harus diciptakan terlebih dahulu adalah busananya. Busana sendiri memiliki beberapa prinsip dan unsur yang harus diolah untuk menjadi satu kesatuan yang sempurna. Seorang perancang berhak melakukan apa saja terhadap rancangannya, namun tetap harus mengacu pada prinsip-prinsip dan unsur-unsur yang ada. Jika tidak, bersiap-siaplah untuk melihat suatu rancangan yang kacau.
Prinsip dan unsur itu tidak banyak, tapi cara memahaminya yang butuh space otak yang lumayan boros. Disini letak tantangan seorang designer. Kita harus bisa menyatukan keindahan busana yang ada dalam bayangan kita dipadu dengan prinsip dan unsur yang cocok dimasukan dalam rancangan busana. Baru kemudian dituangkan dalam sebuah gambar utuh.
Tetapi dalam prakteknya mungkin teori-teori tentang prinsip dan unsur dasar busana ini agak terabaikan. Karena pada kenyataannya banyak perancang busana yang tidak atau lupa menggunakannya. Hasilnya ya rancangan yang diciptakan tampak tidak pas, tidak cocok, dan juga aneh. Aku sedang tidak mengejek siapa-siapa, karena aku sendiri kadang lupa dengan teori-teori yang saya pelajari dan hanya sekedar menggambar apa yang ingin saya buat.
Selain harus menangkap dengan matang tentang prinsip dan unsur dasar busana, seorang desainer sebaiknya tidak meninggalkan etika dan keindahan ketika membuat rancangan pakaian. Karena ketika etika dan keindahan berpakaian dilupakan, hanya berfokus pada keinginan manusia serta mengikuti jaman, maka untuk apa ada seorang perancang busana? Seorang perancang tidak berguna, yang ada hanyalah tukang gambar, tukang kain, dan penjahit.