Kamis, 26 September 2013

Promote: Tusuk Sate Good Quality

Lama sekali tidak buka blog ini!!! (lap-lap debu, bersih-bersih sarang laba-laba) :p

Kali ini saya mau memasarkan TUSUK SATE kwalitas bagus. Ini usaha milik mertua saya, sebagai menantu yang baik (hehehe) saya mau membantu pemasarannya secara online lewat blog ini. Melayani pengiriman ke seluruh Indonesia. 

Ini penampakan barangnya, gan!


Tusuk sate dalam kemasan:



Tusuk sate curah:

Tusuk sate oven:

Keunggulan Produk ini:

- Bambu lebih kering, jadi batang tidak mudah berjamur dan batang lebih kuat. Pengolahan tusuk sate dengan sistem oven juga lebih higienis.
- Bersih dan warnanya cerah, warna cerah dan bersih akan mempengaruhi cita rasa penyajian.
-Permukaan lebih halus.

Kami juga menerima pesanan berbagai macam stick bambu dengan berbagai ukuran:
. Sumpit
. Tusuk Kentang Ulir
  . DLL

Kalau ada yang berminat, ingin menanyakan harga dan layanan pengiriman dari kami, atau mau mengetahui produk yang kami jual dengan lebih jelas, silahkan hubungi Bapak Bambang di nomer: 081252072284 , Lokasi Malang-Jawa Timur.

no tipu-tipu, no hit n run ya...

Selamat berbisnis :)

Kamis, 07 Februari 2013

Urban kitchen

Beberapa waktu belakangan lagi ketagihan banget nontonin program masak di Kompas TV. Hari senin chef-nya ganteng, hari selasa masakannya gampang dibuat, hari rabu masakannya simple, hari kamis chef-nya ganteng (lagi), hari jumat pasti makanannya kelihatan enak banget n sesuai selera keluarga. Tapi diantara semua, ada satu dapur yang sangat-sangat-sangat-sangaaaaaaat ingin saya miliki di rumah. Dapurnya Chef
Yuda Bustara di program Urban Cook tuh bikin mata segeeeeer banget, hijau dimana-mana.

Dapur seperti itu yang masih jadi mimpi. Sebagai seorang yang menyukai masak dan memiliki visi menyehatkan keluarga dengan masakan sendiri serta tanpa bahan-bahan kimia (halah!), dapur di acara itu ideal banget buat saya. Kenapa? Pertama, semua alat masak basic tersedia, blender, oven, kompor (pastinya), mixer, kulkas, beragam pan, beragam pisau, pokoknya semua alat masak yang sering aku pakai ada. belum lagi tanaman dimana-mana, bikin mata segar. Saya gak butuh dapur luas, atau yang tampak mewah kok. Dapur yang lengkap n bersih aja cukup :p hehehehehe.  Bukannya apa-apa, memasak memang kadang melelahkan, belum lagi panas dari api kompor. Tapi suasananya pasti lain kalau dapurnya bersih, rapih, hijau pula (mupeng). Boleh dong punya dapur yang enak dipandang, biar perasaan waktu memasak juga happy. Lebih sempurna lagi kalau hijau-hijauan di dapur itu adalah tanaman herbal, bumbu-bumbu masak yang bisanya dipakai buat penambah cita rasa. Dapur gue cucooook banget deh ah!!!

posting gambar dapur impian dulu deh...



 

Seperti gambar-gambar di atas ini lah kurang lebih. Sudah ah, mau balik kerja lagi, ngumpulin duit buat bikin dapur urban :D

Minggu, 06 Januari 2013

Real Love

Cerita ini nyata terjadi. Dari sebuah kota yang sangat nyaman yang saya diami sekarang, Malang. Sebenarnya sudah lama saya mengetahuinya, hanya saja-entah mengapa-baru terpikir untuk menuliskannya saat ini.

Sepulang gereja tadi pagi, saya betemu dengan kakak-beradik ini. Menerima salam selamat hari minggu dari jemaat gereja, termasuk saya. Si adik membelas jabat tangan sambil tersenyum dengan susah payah kepada setiap orang pagi itu. Dia hanya duduk di sebuah kursi roda reyot, ala kadarnya, namun jadi tempat paling nyaman buat dia. Ya, Si adik ini cacat. Kakinya tidak kuat menopang badannya, tangannya kaku, bicara pun tidak jelas. Penyakit apa itu? Entahlah, saya hanya tahu si adik ini cacat. bukan hanya cacat, sepertinya kemampuan berpikirnya juga lamban. Di belakang kursi roda ala kadarnya itu Sang kakak berdiri dengan percaya diri membalas tiap sapaan jemaat, berbicara pada tiap orang yang menanyakan kesehatannya dan si adik. Sang kakak terus tersenyum. Puji Tuhan, Sang kakak terlahir dengan kondisi sempurna. Pemandangan yang indah di pojok gereja. 

Sepasang kakak beradik ini bukan lagi muda. Mungkin usianya sudah 40 tahunan. Uban sudah memenuhi kepala keduanya. Sejak saya pindah ke kota ini sampai sekarang, sampai sekarang saya selalu melihat mereka berdua saja. Kata ibu saya, kedua orang tua mereka memang sudah meninggal. Mereka hanya tinggal berdua, dan hingga di usia matang seperti sekarang. Sang kakak rela tidak menikah untuk menjaga Si Adik yang memang membutuhkan orang lain untuk bertahan hidup. Seluruh hasil kerjanya, semua sisa hidupnya dia habiskan bersama Si adik. Padahal, mungkin secara mata lahiriah Si adik tidak dapat membalas semua yang sudah kakaknya lakukan untuk dia. Tapi lihatlah, justru karena Si adik dia menjadi berkat buat orang lain. Keputusannya untuk menghabiskan sisa waktu untuk menjaga adiknya, ketabahannya, bahkan selengkung senyum saat dia berjalan sambil mendorong kursi roda Si adik, menjadi berkat bagi jemaat di gereja kami. Kami mengenalnya sebagai Sang kakak dengan hati yang sungguh besar untuk menerima semua kekurangan adiknya. Sang kakak yang selalu memberi dalam keterbatasan. Sang kakak yang tidak memikirkan kenyamanannya sendiri. Sang kakak yang sungguh-sungguh melayani Tuhan dengan mencintai adiknya seperti Tuhan mencintai manusia.

Bersyukurlah saya yang melihat pemandangan langka ini, cerita yang mungkin hanya ada beberapa saja di dunia ini. Memberi bukan untuk diberi. Mencintai bukan untuk dicintai.