Cinta, dia juga baik untuk memiliki dia. Tapi aku tak mau melihat mereka di depanku. Aku memang sudah terlanjur menyerah, bahkan sejak awal. Aku telah kalah oleh ketakutan. Ya, kalah sebelum berperang. Maju saja tidak. Aku tak bisa menyalahkan dia, dia mungkin yang terbaik. Dia mungkin tak berbohong seperti yang telah aku lakukan. Dia tidak menipu hatinya, dan dia jujur padanya. Tidak seperti aku, cinta.
Aku ingin menyalahkan kau, cinta. Seenaknya merusak pikiranku dengan dirinya. Sungguh aku tak ingin kamu datang-datang lagi! Cukup, aku tak mau lagi merasakan kehilangan. Cinta, kamu hanya datang dan tinggall diam. Kenapa kamu tak membawa kekuatan untuk menyatakannya. Kenapa kamu datang, tapi tak mampu mengalahkan ego ku? Cinta, kamu tak cukup hebat untuk mengaalahkan gengsiku. Kamu juga tak cukup kuat menghancurkan hati yang membatu. Kamu tak memiliki kehangatan untuk hatiku yang terlanjur dingin.
Cinta, cinta... sebenarnya apa kamu itu? Aku mencoba mengerti, tetapi terlalu rumit. Kamu yang rumit atau aku yang terlalu lamban memahamimu. Aku yang menolak-nolak hadirmu dalam setiap detik kehidupanku. Tapi kedatanganmu kadang tak pernah aku sadari, dan akhirnya membuatku terpaksa tak mampu menolakmu. Aku telah terjebak. Bukan dalam labirinmu yang rumit, tapi terjebak dalam memikirkan mengakhiri perjalanan ini.