Aku kaget sekali, pagi tadi Bapak kena serangan jantung. Aku stress, dan kuatir akan terjadi hal-hal yang semakin buruk pada bapakku. Ketika di kantor aku browsing artikel tentang penyakit jantung, aku cari sebanyak-banyaknya. Aku mau informasi selengkap mungkin yang bisa aku dapatkan dari internet, lalu aku berikan link-nya ke computer rumah agar ibuku bisa mempelajarinya.
Sebagai anak aku kuatir dengan kesehatan orang tuaku, itu wajar. Aku pun sadar seharusnya sebagai wanita aku juga harus bisa memperhatikan kesehatan keluarga. Apa lagi aku akan menjadi ibu (suatu hari nanti). Memperhatikan kondisi kesehatan keluarga adalah salah satu tanggungjawab ibu. Seorang ibu harus mampu memastikan kondisi kesehatan keluarganya baik-baik saja.
Wanita (baca: ibu) memiliki andil yang cukup besar dalam menciptakan kesehatan keluarga. Kesehatan bisa dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, memperhatikan kesehatan melalui makanan. Ibarat manager perusahaan, ibu adalah manager rumah tangga. Ibu memperhatikan setiap asupan gizi yang harus dikonsumsi anggota keluarganya. Ibu harus memahami kondisi tubuh setiap anggota keluarga sehingga dapat menentukan apa yang baik dan buruk untuk keluarganya. Ibu yang memilih bahan makanan apa yang boleh dan tidak boleh di konsumsi. Tidak cukup sampai di sini, ibu juga yang mengelola bahan-bahan makanan hingga menjadi hidangan yang siap di santap. Semua yang dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan tubuh anggota keluarga dan yang pasti “bisa dimakan”.
Kedua, memperhatikan aktifitas keluarga. Setiap orang memiliki tingkat lelah yang berbeda-beda, ketika sudah berada di titik lelah sebaiknya orang tersebut mengambil waktu untuk istirahat. Seorang ibu harus peka melihat raut lelah suami dan anak-anaknya, dia yang akan menjadi alarm untuk mengingatkan jam istirahat (padahal mungkin dirinya sendiri tidak diperhatikan orang lain). Disamping itu, ibu yang baik adalah ibu yang mengajarkan pentingnya mengolah tubuh (olah raga), banyak penelitian mengatakan bahwa olah raga teratur dapat membuat tubuh kita lebih tahan terhadap berbagai serangan penyakit.
Ketiga, menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Tumpukan sampah dirumah (apalagi di dapur) menimbulkan tumbukan bakteri dan virus. Lantai yang kotor juga mengandung kuman. Kerapihan dan kebersihan ruangan tidur juga mempengaruhi kesehatan orang yang tidur di ruangan itu. Apakah tembok-tembok rumah (terutama ruang tidur) tidak lembab, seprai tempat tidur sudah rutin diganti, kebersihan pakaian, hingga sepatu. Seorang wanita (ibu) harus mampu memperhatikan hingga detil. Dan jangan lupa memperhatikan pekarangan rumah, memastikan saluran air selalu bersih dan tidak ada bangkai binatang di dalamnya.
Beberapa hal tadi adalah sebagian cara seorang ibu memperhatikan kesehatan keluarganya, dan aku melihat ibuku melakukannya. Menjaga kesehatan bukanlah hal mudah di tengah kondisi bumi yang semakin rusak. Manusia diancam oleh kondisi cuaca yang tidak bersahabat, makanan kemasan dan cepat saji yang menumpuk zat berbahaya, belum lagi tantangan dari dalam diri sendiri. Kita selalu ingin makan enak tanpa menghitung nilai gizinya. Mulai sekarang perhatikanlah kesehatanmu secara mandiri.
Satu pesan akhir, tugas seorang ibu bukan tugas yang mudah! Jadi hargai lah ibumu dan belajarlah menjadi ibu yang baik bagi anak-anakmu nanti.
Kamis, 30 Desember 2010
Selasa, 21 Desember 2010
Want to save our water?

A. Swap to a water efficient shower
For you: Switch to an aerated showerhead. Without even noticing you will save on hot water and your heating bill.
For the planet: An aerated showerhead uses up to 75% less water than a regular showerhead.
B. Don't linger in the shower
For you: Cutting a minute off your shower time every time, you could save about 3,300 litres of water a year, and enough energy to make 16 cups of tea every day for a year.
For the planet: Heating water is responsible for 5% of your household’s carbon footprint Using hot water wisely is a cost effective way to cut your impact.
Don't flush money down the drain
For you: If your water is metered, a dual-flush toilet could cut your water bill by 15%.
For the planet: Toilet flushing is 30% of your daily water use. That water is processed before it gets to you, which creates carbon emissions. Using less water to flush your loo means less carbon.
Choose A or A+ appliances
For you: Choose A or A+ rated washing machines and dishwashers and only pay for heating the exact amount of water you use.
For the planet: Fully loaded A or A+ appliances use less energy and water than lower-rated ones. This helps cut carbon emissions and save water too.
Collect free rainwater
For you: Enough rainwater falls on your roof in a year to fill three tanker lorries. Store some in your garden with a water butt and water your plants and wash your car for free.
For the planet: Processing water to drinking quality takes up 2-3% of all the UK’s electricity consumption, emitting carbon. Using rainwater where you can will help reduce our carbon emissions.
Planting tips
For you: Enjoy a beautiful garden and use less water with drought resistant plants. Mulch bare soil to conserve moisture.
For the planet: More plants in your garden is great for wildlife, and helps take more carbon dioxide out of the atmosphere.
Your lawn can help
For you: More water is lost through evaporation with a short lawn. Let the grass grow a little longer and have a greener, more luxurious lawn.
For the planet: Choose lawn over paving for your garden. It absorbs rainwater, which helps prevent flooding.
source: how to start saving water
http://www.diy.com/diy/jsp/bq/templates/content_lookup.jsp?content=/content/marketing/one_planet_home/save_water.jsp&menu=eco
Jumat, 17 Desember 2010
Meet Tata and Marta :)
Kemarin, Kamis 12 Desember 2010, ada pertemuan dengan teman-teman lamaku. Kami bertiga, aku, Tata, Marta. Kami memang selalu berbincang setiap ada kesempatan bertemu.
Flas back sebentar. Dulu kami masuk Fakultas Ekonomi bersama-sama, malah aku dan Tata adalah teman satu kelompok ospek. Sejak maba hingga akhirnya kami lulus, kami tidak pernah putus kontak. Selalu ada acara jalan-nonton-makan bareng temen-teman satu persekutuan, atau hanya saling mengunjungi. Tata sering menginap di rumah, aku sering ke kostan Tata dan Marta. Enaknya punya teman yang kost dekat kampus, jadi kalau bosan menunggu waktu kuliah berikutnya, aku bisa numpang tidur di kamar kost mereka. hehehe.
Aku, Tata, dan Marta di kumpulkan dalam satu persekutuan. Maleakhi. Kami ibarat bahan baku yang dimasukan ke dalam mesin Maleakhi untuk menjadi lebih berkualitas. Yup, aku (dan—sangat—mungkin Tata dan Marta juga) sangat bersyukur. Bersyukur bertemu dengan orang-orang luar biasa di Maleakhi. Aku bersyukur bertemu Tata dengan keberaniannya berpendapat, pikiran-pikirannya yang sering berbeda dengan yang lain dan memandang dari arah lain. Tata yang selalu tau perkembanganku—meski sering kedapatan berita basi hehehe—, Tata yang juga banyak bercerita tentang dirinya—tapi juga seperti ada sisi lain yang dia sembunyikan-, Tata yang pintar, Tata yang cumlaude, Tata yang dulu cewek Jogja manja—kadang menjengkelkan—bersuara bagus, sekarang jadi wanita dewasa yang tetap bersuara bagus. Aku Bersyukur memiliki teman seperti Marta, bocah ndeso Blitar-kediri, hidupnya nyaris seperti aku (baca:suka berpindah-pindah), teman dengan jiwa penolong, rela berkorban, rendah hati, tapi suka mukul tiba-tiba (-.-!!). Marta pintar, dan ingin selelu belajar. Sekarang dia PNS di kampusnya sendiri. Marta yang badannya bongsor (sama kayak Tata juga :p) sekarang udah kurusan.
Ada yang sama dari kami ber tiga. Kami sama-sama angkatan 2006, semua mantan pengurus Maleakhi dari periode ke periode, dan yang unik lagi pacar kita masing-masing juga anak maleakhi. Marta yang akhirnya jadian sama Hengki (angkatan 2006), setelah berbulan-bulan dicomblangin anak-anak se-Maleakhi. Tata yang sejak awal(putus-nyambung:p) sudah bersama Kak Artur (angkatan 2005). Dan aku sendiri—tanpa diduga-duga—saat ini bersama Kak Wahyu (angkatan 20004). Semoga kita tetap untuk selamanya.
Benar-benar tidak terasa, waktu 4 tahun di kampus adalah proses yang kita jalani begitu lama, namun saat ini kerasa sangat singkat. Ketika berada di dalamnya terasa berat dan sakit, namun ketika keluar justru ingin kembali kedalam. Maleakhi. Selama itu lah masa kuliah kami. Masa kami mendengarkan penjelasan dosen di dalam kelas, mengerjakan tugas-tugas kampus, mengikuti persekutuan di kampus, mendengarkan Firman Tuhan, mendalami Alkitab, bikin acara ini-itu. Semua kami kerjakan dengan suka cita, walau kadang kejar-kejaraan dengan dead-line.
Tidak terasa, sekarang kami bermetamorfosis menjadi pribadi baru. Secara usia, kami bukan lagi anak-anak belasan tahun, kami berada di area 20th keatas. Kami sekarang berpikir lebih luas, lebih dalam, dan lebih jauh. Kami melangkah menata masa depan. Tuhan mengasihi kami.
Flas back sebentar. Dulu kami masuk Fakultas Ekonomi bersama-sama, malah aku dan Tata adalah teman satu kelompok ospek. Sejak maba hingga akhirnya kami lulus, kami tidak pernah putus kontak. Selalu ada acara jalan-nonton-makan bareng temen-teman satu persekutuan, atau hanya saling mengunjungi. Tata sering menginap di rumah, aku sering ke kostan Tata dan Marta. Enaknya punya teman yang kost dekat kampus, jadi kalau bosan menunggu waktu kuliah berikutnya, aku bisa numpang tidur di kamar kost mereka. hehehe.
Aku, Tata, dan Marta di kumpulkan dalam satu persekutuan. Maleakhi. Kami ibarat bahan baku yang dimasukan ke dalam mesin Maleakhi untuk menjadi lebih berkualitas. Yup, aku (dan—sangat—mungkin Tata dan Marta juga) sangat bersyukur. Bersyukur bertemu dengan orang-orang luar biasa di Maleakhi. Aku bersyukur bertemu Tata dengan keberaniannya berpendapat, pikiran-pikirannya yang sering berbeda dengan yang lain dan memandang dari arah lain. Tata yang selalu tau perkembanganku—meski sering kedapatan berita basi hehehe—, Tata yang juga banyak bercerita tentang dirinya—tapi juga seperti ada sisi lain yang dia sembunyikan-, Tata yang pintar, Tata yang cumlaude, Tata yang dulu cewek Jogja manja—kadang menjengkelkan—bersuara bagus, sekarang jadi wanita dewasa yang tetap bersuara bagus. Aku Bersyukur memiliki teman seperti Marta, bocah ndeso Blitar-kediri, hidupnya nyaris seperti aku (baca:suka berpindah-pindah), teman dengan jiwa penolong, rela berkorban, rendah hati, tapi suka mukul tiba-tiba (-.-!!). Marta pintar, dan ingin selelu belajar. Sekarang dia PNS di kampusnya sendiri. Marta yang badannya bongsor (sama kayak Tata juga :p) sekarang udah kurusan.
Ada yang sama dari kami ber tiga. Kami sama-sama angkatan 2006, semua mantan pengurus Maleakhi dari periode ke periode, dan yang unik lagi pacar kita masing-masing juga anak maleakhi. Marta yang akhirnya jadian sama Hengki (angkatan 2006), setelah berbulan-bulan dicomblangin anak-anak se-Maleakhi. Tata yang sejak awal(putus-nyambung:p) sudah bersama Kak Artur (angkatan 2005). Dan aku sendiri—tanpa diduga-duga—saat ini bersama Kak Wahyu (angkatan 20004). Semoga kita tetap untuk selamanya.
Benar-benar tidak terasa, waktu 4 tahun di kampus adalah proses yang kita jalani begitu lama, namun saat ini kerasa sangat singkat. Ketika berada di dalamnya terasa berat dan sakit, namun ketika keluar justru ingin kembali kedalam. Maleakhi. Selama itu lah masa kuliah kami. Masa kami mendengarkan penjelasan dosen di dalam kelas, mengerjakan tugas-tugas kampus, mengikuti persekutuan di kampus, mendengarkan Firman Tuhan, mendalami Alkitab, bikin acara ini-itu. Semua kami kerjakan dengan suka cita, walau kadang kejar-kejaraan dengan dead-line.
Tidak terasa, sekarang kami bermetamorfosis menjadi pribadi baru. Secara usia, kami bukan lagi anak-anak belasan tahun, kami berada di area 20th keatas. Kami sekarang berpikir lebih luas, lebih dalam, dan lebih jauh. Kami melangkah menata masa depan. Tuhan mengasihi kami.
Langganan:
Komentar (Atom)