Minggu, 17 Januari 2010

sedikit harapan dibalik nama BANOWATI

Sedikit cerita tentang Banowati dari Banowati oleh Banowati.

Nama Banowati adalah nama yang diberikan oleh orangtua saya, bapak saya lebih tepatnya. Dulu saya sempat perotes kecil pada ibu saya. Saya bertanya kenapa nama saya hanya “banowati” padahal teman-teman saya namanya panjang-panjang kayak kereta. Ada embel-embel nama keluarganya juga, sedangkan saya hanya sesederhana “Banowati”.
Saya tidak pernah tau harapan dibalikk nama itu. Banowati hanyalah nama seorang tokoh pewayangan. Ya, bapak saya memang hobby menonton wayang. Saya juga jadi suka nonton wayang kulit, apalagi yang ada lakon Banowati-nya. Tapi saya tidak paham dalang itu cerita apa. Kalo saya nonton sendiri saya akan cepat tidur, karena tidak ada penerjemannya (baca:bapak saya). Nama Banowati sedikit member saya identitas sebagai anak keturunan Jawa.

Suatu malam saya, ketika saya semester 2, saya baru berniat dengan serius bertanya tentang maksud dan harapan orang tua saya memberikan saya label “banowati”. Soalnya di kampus ketika diabsen oleh beberapa dosen, banyak dari mereka-pria utamanya- akan mengomtari nama saya yang wayang banget ini! Dan cerita mereka tentang banowati bukan cerita yang menyenangkan, mereka menceritakan bahwa banowati adalah dewi yang berpacaran dengan arjuna, tokoh pewayangan yang terkenal tampan! (sampai disini saya senang mendengarnya) tapibanowati ini harus menikah dengan seorang raja, karena ternyata masih terjalin persaudaraan dengan arjuna! (sampai disini saya biasa aja). Eh ternyata cerita berlanjut! Cerita mereka lagi bahwa banowati telah menikah dengan raja, tapi karena cintanya masih pada arjuna, maka dewi pewayangan ini “berselingkuh” dibelakang raja! (sampai di sini saya mulai nyesek dengar ceritanya!). agak-agak nggak terima saja kalau kisahnya seperti itu. Tapi piker saya, itu kan hanya cerita wayang. Kalau banowati yang menulis blog ini akan setia dengan pilihannya koq. Walaupun fisrt love ga akan terlupakan, tapi cinta tetap pakai logika. Mencintai orang dimasa lalu terus menerus, padahal orang itu mungkin sudah memiliki pilihan sendiri hanya akan menyiksa diri saja. Mengurung diri pada cinta masa lalu, terdengan bodoh sekali. Seperti tidak ada harapan lain, sepeti tidak ada pribadi lain yang bias menggantikan posisi cinta pertama itu! Sungguh terdengar bodoh! Karena itu saya tidak mau terjebak terus-menerus. Yang lalu akan menjadi kenangan yang berarti, tetapi belum tentu yang terbaik yang Tuhan inginkan. Huft, sudah ah curhatnya! Hanya ingin meneagaskan jika banowati yang punya blog ini tidak ingin bertindak sebodoh banowati di wayang.

Ya sudah, mari kita liat saja banowati dalam cerita wayang sebenarnya bagaimana:
Banowati Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Dewi Banowati putri Prabu Salya, raja negara Mandaraka dengan permaisuri Dewi Pujawati (Setyawati) putri tunggal Bagawan Bagaspati dari pertapaan Argabelah. Ia mempunyai empat saudara kandung masing-masing bernama: Dewi Erawati, Dewi Surtikanti, Arya Burisrawa dan Bambang Rukmarata.

Dewi Banowati menikah dengan Prabu Suyudana (Duryadana) raja negara Astina, putra Prabu Drestarasta dengan Dewi Gandari. Dari perkawinan tersebut ia meperoleh dua orang putra bernama Leksmanamandrakumara dan Dewi Laksmanawati.

Dewi Banowati berwatak: jujur, penuh belas kasih, jatmika (selalu dengan sopan santun) dan agak sedikit genit.

Akhir riwayatnya diceritakan, ia mati dibunuh oleh Aswatama putra Resi Durna, setelah berakhirnya perang Baratayuda, saat menunggu boyongan (pindahan) keluarga Pandawa dari Negara Amarta ke negara Astina.

Itu lah cerita dewi Banowati menurut Wikipedia! Wakakakaa… yang perlu digarisbawahi adalah: Dewi Banowati berwatak: jujur, penuh belas kasih, jatmika (selalu dengan sopan santun) dan agak sedikit genit. Nah, ini yang mungkin jadi harapan orang tua saya. Oya satu lagi: Banowati menikah dengan Raja! Itu juga jadi harapan ortu saya.
Nama banowati diberikan karena saya diharapkan menjadi anak yang Jujur, berbelas kasih, sopan santun, dan sedikit genit (bahasa orang tua saya: biar saya bisa dandan/macak/berias diri, karena saya seorang wanita). Masuk akal juga. Untuk watak jujur, memiliki kasih, dan sopan saya rasa itu sudah kewajiban saya sebagai manusia yang kenal Tuhan. Walaupun untuk sopan santun secara “jawa” sering kecolongan, tapi saya terus belajar. Maklum saya hidupnya nomaden, tidak diajari adat jawa sejak kecil, sering ditinggal dinas ortu, dan pada dasarnya saya orang yang cuek sejak kecil. Entah, mungkin ini yang membuat saya tidak bisa berbahasa jawa halus, atau memilih kata-kata yang lebih sopan.

Orang tua saya juga berharap saya mendapat kehidupan yang terjamin. Dalam cerita wayang dikisahkan Banowati menikah dengan seoang Raja. Tapi menurut saya, “raja” bukan berarti miliuner yang hartanya dimana-mana, menguasai tanah di sana-sini. Saya memang mencari “raja” tetapi dalam arti seorang anak Raja. Lelaki yang bisa mengontrol dirinya, memimpin dengan benar, mengelola apa yang dipercayakan padanya, tegas dan bertanggungjawab. Yah, semoga saja bias bertemu suatu hari nanti.. (hingga saat ini saya belum juga menemukannya).

Jadi kalau sekarang ada yang bertanya apa arti dan doa dibalik nama saya, saya akan menjawab seperti yang saya tulis diatas. Nama seorang anak memang biasanya mengandung harapan dari orang tua kita, kelak kita hiharapkan menjadi manusia yang baik dan hidup sejahtera. Tapi kembali lagi, percuma namanya indah sekali, tapi ternyata hanya sekedar lebel untuk panggilan. Sejak saya tau harapan dibalik nama saya, ada perasaan bangga dengan nama Banowati. Harapan dibalik nama itu tidak hanya sesederhana delapan huruf yang terangkai menjadi satu nama.

0 comments:

Posting Komentar