
Semalam lalu aku menangis sejadi-jadinya. Menangisi keputusanku yang ternyata salah besar! Salah aku memilihnya, yang memang tak pernah berubah. Aku berkompromi dengan kata-kata kesempatan. Padahal dengan keras aku sudah menolak teori itu, tapi dengan lemahnya aku memberikan peluang itu. Dan apa artinya kesempatan itu? Hanya kesempatan untuk lagi-lagi menyakiti perasaanku!
Dia nggak pernah tau sulitnya membuka hati ini! dia nggak pernah sadar bahwa aku sedang berjuang menerimanya. Terus saja dia bertindak semaunya, dia datang dan pergi tanpa perduli apa yang sedang terjadi dalam batinku. Dia tak pernah sadar bahwa sambutan yang aku beri itu sudah sangat baik. Aku tak pernah melakukan hal serupa pada hati yang lain! Dia aku anggap cukup istimewa, tapi ternyata hanya anggapanku saja. Waktu membuktikan itu, dia tidak cukup istimewa untuk kucintai.
Kini terus terang aku menyesal, menyesal telah memberikan ruangan dalam hidupku untuk menulis namanya. Aku menangisi waktuku yang sudah kupakai untuk menghabiskannya bersama dia. Karena sampai detik ini dia tidak pernah sadar bahwa aku sulit melakukan itu semua, bahwa aku berjuang untuk meng-iya-kan setiap ajakannya. Aku butuh proses yang lebih panjang untuk membuka hatiku lagi!
Aku disadarkan kembali, aku ini lemah. Aku tidak cukup kuat menjaga hatiku, aku jatuh lagi. Oh, Tuhan… Engkau senantiasa mengajarkan kasih itu bagiku. Aku tak ingin membencinya, aku ingin semakin Engkau kuatkan dalam lemahku. Aku menerima tantangan-Mu, Bapa, walau aku sebenarnya ragu melakukan ini: aku berdoa untuknya agar dia berubah, dia mengenal-Mu, Bapa, dia pun tau pengajaran yang benar…sayang rasanya kalau dia tidak merubah keburukannya itu.
Dan ajari aku mensyukuri setiap kesakitan ini, aku menyadari aku lemah. Aku butuh Engkau…entah apa yang harus aku lakukan untuk memulihkan retak-retak dalam hatiku. Sudah terlalu hancur!
0 comments:
Posting Komentar