Sabtu, 27 Februari 2010

Kalau ortuku bisa, aku bisa nggak ya???



Bapak dan ibuku sama-sama TNI-AD. Mungkin kesamaan ini yang mmbuat mereka terus memiliki komunikasi yang baik. Disamping konflik-konflik kecil rumah tangga yang beberapa kali muncul. Tapi teratasi koq :)

Mereka bukan berasal dari keluarga mapan. Jangankan mapan, cukup saja mungkin tidak. Terutama Bapak. Kalau dengar dari cerita-cerita bapak sih, kondisi eyang delanggu (sebutan untuk orang tua dari Bapak) sangat pas-pasan. Apa lagi anaknya Eyang Delanggu banyak! Hehehe :p

Bapak cerita: dulu kalau sekolah ga punya buku. Jangankan buku bacaan, buku tulis aja susah beli.. (waaakakakaa…aku sekarang malah suka beli buku2 tulis yang lucu-lucu, masih ada yang kosong lagi tuh! ckckckck). Mau ke sekolahan ga punya sepedah, pasti berangkatnya jalan kaki! Seragamnya butek, pake sandal jepit! (kayak ceritanya danias yang anak irian itu dong..hohoy!). kasian bener ya… kontras banget sama kondisi hidup yang bapak kasih ke aku! Tapi masa kelamnya si bapak bisa bapak lalui dan sekarang kondisinya jauuuuuh lebih baik. Dan sekarang tantangannya : bapak yang fasilitasnya minim gitu aja pada akhirnya bisa nyekolahin anak-anaknya sampai S1, masing2 dikasih leptop,langganan internet, sepeda motor, baju layak semua, buku bacaan bisa langsung beli, minta makan di restoran langsung berangkat! Nah loooo…ntar aku gimna? Bisa gag ngurus keluarga, memfasilitasi dan mendidik anak-anak dengan lebih baik lagi?! (jlleeeeeep!)

Ibuku cerita: keluarga asli ibu di Kediri, tapi diambil oleh eyang Malang dari kecil. Hidupnya jauuuh lebih baik dari bapak. Eyang Malang sih punya jabatan bagus, berpangkat pula. Tapi ibu juga perjuangan tuh bisa sampe kayak sekarang. Walau Eyang Malang pernah jadi komandan, tapi kehidupan perekonomiannya ga berlebihan. Sempet juga sekolahin anak-anaknya S1, ibu juga sempet nyicip bangku kuliah, tapi ga diterusin soalnya masuk tentara. Ibu orang yang jiwa berjuangnya cukup tinggi, sabar, dank e-wanitaannya dengan ke-tomboyannya seimbang! Wakakaka… entah karena factor apa, tapi ibu ini sesekali ibuuuu banget, sesekali “preman” banget! Saluuuut… ibu tu wanita yang tangguh, nggak cengeng, mandiri, tapi sabar banget ngadepin suami dan anak-anaknya! Masa kecil ibu mungkin nggak jauh2 dari masa kecilku. Hidup berpindah-pindah ngekor ortu, dan dididik ditengah keluarga militer! Tau deh, kali ini yang bikin beberapa sifat aku mirip ibu, kecuali sabarnya itu. Hwakakaka… apa dari dulu ibu udah jadi wanita penyabar gitu ya? Ah, masa iya?! Tantangan buat aku nih: entar kalo udah nikah, bisa nggak ya sabar ngadepin suami, tetep lemah lembut sama anak. Walau aku nanti wanita karir, masih bisa nggak bikin makanan buat suami dan anak-anak, ngatur rumah, bersih-bersih kayak yang ibuku masih lalukan sekarang padahal hidupnya aja udah sibuk! Hmmm…

Sering banget aku ngomel-ngomel nganggep bapak nggak bisa serius, bapak terlalu bnyak nuntut aku begini- begitu! kadang ngeluh ke ibu mengenai kerjaan rumah, kenapa nggak pake pembantu aja, knapa harus bangun pagi, kenapa cewe harus bisa masak?! Tapi akhirnya hari ini bikin sadar aja kalau ortu yang Tuhan kasih buat aku sungguh sudah berusaha menjadi ortu yang sempurna buat anak-anaknya.. mereka nggak usah banyak bicara, aku bisa meneladani hidup mereka :) dan semua "penderitaan" rajin baca buku, nonton berita, belajar ini-itu, bangun pagi, nyapu-ngepel, masak, nyuci2 terlihat hasilnya ^^ jadi siap kalo sewaktu-waktu harus tinggal sendiri, jadi ga tergantung orang lain.. makasih bapak yang selalu menghibur dan menjengkelkan dengan tuntutan-tuntutannya, makasih ibu buat "siksaan" selama ini :p

Sabtu, 20 Februari 2010

On And On--lyrics




Down in Jamaica
They got lots of pretty women
Steal your money
Then they break your heart
Lonesome Sue, she's in love with ol' Sam
Take him from the fire into the frying pan

On and on
She just keeps on trying
And she smiles when she feels like crying
On and on, on and on, on and on

Poor ol' Jimmy
Sits alone in the moonlight
Saw his woman kiss another man
So he takes a ladder
Steals the stars from the sky
Puts on Sinatra and starts to cry

On and on
He just keeps on trying
And he smiles when he feels like crying
On and on, on and on, on and on

When the first time is the last time
It can make you feel so bad
But if you know it, show it
Hold on tight
Don't let her say goodnight

Got the sun on my shoulders
And my toes in the sand
My woman's left me for the some other man
Aw, but I don't care
I'll just dream and stay tan
Toss up my heart to see where it lands

On and on
I just keep on trying
And I smile when I feel like dying
On and on, on and on, on and on

On and on, on and on, on and on
On and on, on and on, on and on

Selasa, 16 Februari 2010

Fenomena FACEBOOK,, penyalahgunaan teknologi komunikasi

Sudah 3 hari ini aku men-deactivated-kan FB. Bukan karena takut jadi korban penculikan, penipuan, atau korban FB addict yang mesum! Hanya ingin mengurangi waktu berlama-lama menikmati internet. Krna aku rasa FB sudah banyak menyita waktu cukup banyak, mungkin lebih banyak dari aku cari-cari berita atau jurnal yang lebih bermanfaat bagi otakku. Yups, FB dengan segala isinya memang cukup menarik dan menghibur. Dari FB, aq bisa gangguin orang, ikut-ikut ngegosip, ikut buat gossip, komen sana-sini, baca lelucon teman-teman, ikutan kuis, pamer foto, nge-wall orang-orang lama, nyapa sodara-sodara yang jauh dari kota tinggal, sampai diam-diam mengamati FB orang yang aku suka. FB membantu banget buat cari tau kabarnya, baca-baca statusnya, baca2 notenya, baca2 wall2wall-nya, mengamati kesukaannya^^v. hehehe…kalo ketawan pasti malu banget nih >.<

Anyway, aku cuman mau ngasi tau aja itulah kegiatan-kegiatan yang (mungkin) keliatan nggak penting. Segitu banyak hal yang biasanya aku lakukan hanya untuk satu situs yang kita kenal sebagai FACEBOOK. Dan berjam-jam aku habiskan waktu di depan leptop, ketak-ketik, ketawa2 sendiri, asik sendiri, sampai-sampai lupa sama skripsi!! Ckckck *parah*

FACEBOOK emang selalu jadi fenomena. Fenomena bagi negri yang aku diami sekarang (baca: Indonesia tercinta), juga fenomena bagi diriku sendiri. Belakangan ini kalo denger berita-berita di TV, FB berhasil bikin geger Negara tersayangku ini (lagi).
Dulu awal FB berkembang di Indonesia ternyata malah memunculkan fatwa haram penggunaan FB, karena beberapa santri di sebuah ponpes menggunakan situs ini dengan tidak tepat. Dan FB di”fitnah” menjadi sarana yang dapat memunculkan perbuatan-perbuatan yang melanggar etika moral. Tapi fatwa haram itu hanya jadi bahan lucu2an bagi golongan masyarakat lainnya, termasuk saya! Setelah fatwa haram itu, FB heboh lagi karena menjadi tempat yang efektif menggalang massa, beberapa golongan masyarakat ikut serta bersuara mengenai permasalahan bangsa ini melalui FB. Contohnya: masalah LLS (Lulmpur Lapindo Sidoarjo), masalah Prita vs RS Omni Internasional, Bibit-Candra vs Porli, dukung pulau komodo menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia, dll. Dan baru-baru ini FB masuk TV lagi karena beberapa kasus penculikan yang dilakukan FB-adicct dan yang menjadi korbannya adalah anak-anak belasan tahun yang mengaku mengenal pelaku dari FB! Sampai ada sepasang remaja “menikah maya” dalam situs ini! OMG, ada-ada aja kejadian konyol yang terjadi di negaraku.

Tapi kalau diperhatikan baik-baik, korban2 yang masuk TV itu kebanyakan adalah remaja sekolah menengah pertama, dan menengah atas. Anak baru-aja mau-gede, masih belasan tahun, masih polos2 dodol gampang dikibulin! Anak-anak yang rapuh dan tidak memiliki pondasi sendiri untuk melindungi diri. Apa saja sih yang mereka lakukan ketika FB-an? pengen tau aku… bisa-bisanya sampai mau dibawa kemana-mana, bahkan sampai menyerahkan kegadisannya. Hmmmm…

Aku yakin, FB pasti sebenarnya dibuat untuk tujuan yang baik. Namun lagi-lagi teknologi hanyalah layaknya pisau ditangan manusia yang memegangnya. Bisa saja pisau itu digunakan untuk mengupas buah-buahan, memotong makanan, sesuai tujuan pisau itu dibuat. Atau bisa juga pisau itu digunakan untuk membunuh, karena jiwa yang jahat melihat kemungkinan pisau yang tajam itu bisa melukai bahkan menghilangkan nyawa!

Kita nggak akan pernah bisa menghilangkan hal-hal buruk terjadi karena penyalahgunaan suatu teknologi. Namun kita mampu untuk mencegahnya. Disinilah butuh adanya peranan keluarga sebagai pranata terkecil. Perhatian dan pengawasan orang yang lebih dewasa sangat penting bagi pencegahan prilaku menyimpang. Selain itu juga lingkungan sekitar tempat si anak bergaul, menghabiskan waktu, belajar hal-hal lain diluar pelajaran sekolah, sangatlah member pengaruh bagi pembentukan karakter si anak. Tapi bukan akhirnya membatasi pergaulan si anak,sebaiknya si anak diberi pengertian tentang bergaul yang sehat, memilih teman, dan (lagi-lagi) seharusnya keluarga lah yang menjadi sahabat terdekat bagi si anak! Tuh kan… keluarga yang sehat adalah awal dari Negara yang sehat. Keluarga yang mampu melakukan fungsi keluarga yang seharusnya, akan mencetak anak-anak yang berkualitas untuk kemajuan bangsa ini.

Jumat, 12 Februari 2010

Sayang Ibu ^^


Aku tadi pagi bangun pagi-pagi bener. Jam 3.30, soalnya harus naik ke desa Gumuk, buat panen jamur. Hari ini aku dapet jadwal. Pagi-pagi aku mau sikat gigi cuci muka, ternyata ibuku udah bangun duluan. Aku piker orang-orang pada belum bangun, ternyata si ibu udah dalam posisi ‘nyalon’. Ibuq di samping rumah sambil pegang sisir di depan kaca, gilee pagi-pagi udah bangun cuman buat nyemir rambut! Beliau bangun lebih pagi dari aku, padahal menurutku bangun jam 3.30 itu sama aja nyiksa! Ibuku pagi-pagi udah ‘nyalon’ soalnya ntr jam 6 harus berangkat ke Surabaya, dan itu si ibu nyetir sendiri! ckckck

Tapi ga kali ini aja sih aku tau ibu-ku bangun pagi-pagi, beberapa hari lalu dispenser rumah rusak. Hasilnya air aqua satu galon (baru ganti) habis-bis-bis-bis, tumpah semua ke lantai. Dapur banjir, sampe ke kamar lemari bajuku. Dan entah naluri seorang ibu rumah tangga, entah karena kebetulan, ibuku jam 1 itu bangun, dan beliau ngepel rumah! (keren kan rumahku dipel pake air aqua..kapan lagi coba? Rumahnya presiden aja dipel pake air ledeng! Wkwkwkwk).

Kemarin waktu aku ketiduran di ruang TV, ibuku pagi-pagi banget udah ngubek-ngubek dagangannya: nyari jaket-jaket yang ukuran S, soalnya jam 6 ada yang mau ke rumah cari jaket kecil. Kalo aku ga salah liat jam, itu jam 4.30 si ibu udah berisik, aku sampai bangun gara-gara bunyi pelastik bajunya yang kesana-sini. Aku terpaksa bangun deh, tapi habis gitu pindah kamar buat tidur lagi! Wakakakaka…

Kalo urusan bangun pagi, ibuku emang jagonya! Mau baru tidur jam 12 malem, tapi jam 7 kurang pasti udah siap lagi buat ngantor. Penghuni rumah yang paling sering ngomel gara-gara aku susah bangun pagi ya ibuku ini. Kalau beliau ga perduli tidur jam berapa, pokoknya kalo pagi anak cewek ya kudu udah bangun! Nah, lho..padahal belakangan aku sering tidur pagi, masa cuman tidur beberapa jam. Seenggaknya ijinkan aku menikmati tidur nyenyak 5 jam deh, bu.

Anyway, ibuku ini keren lho… beliau ibu rumah tangga dengan 2 anak yang baik-baik, pintar, dan suka rada GJ (baca: adekku, bukan aku :p)! selain IRT, ibu juga wanita karier (karier yang terhambat) di bidang militer (KOWAD), juga pedagang baju batik, jaket, daster, dll (promosi dikit ^^). Eits, belum selesai! Ibu juga istri seorang perwira TNI-AD, otomatis beliau juga mami-mami persit. Ibuku juga ibu-ibu PKK yang punya acara arisan rutin, dan jenguk warga sakit. Ibuku juga ketua KPPW kelompok 1 (kelompok persekutuan wanita di gerejaku), yah pasti ada lah kegiatan rutin beberapa minggu, entah di gereja, entah di kelompok. Ibuku juga masih seorang anak, nenekku yang putri masih ada, jadi beberapa kali ibu suka menenok nenek di desa Segaran, Kediri.

Kalo diliat keikutsertaan ibu dan tanggung jawab beliau diluar banyak juga ya. Pagi-pagi harus ngantor, pulang ke rumah masih ngurus anak-suami, beres-beres rumah juga, memberi diri buat lingkungan sekitar juga, eh masih sempet ngurus diri juga. Soalnya di rumah ga pakai pembantu, bapakku ga suka ada orang asing di rumah. Wehehe… nggak kebayang deh kalo nanti aku jadi IRT. Pernah nyobain seharian ngurusin rumah: nyapu-ngepel-beres-beresin-masak-nyuci piring-nyuci baju.. hasilnya cape! Keringetan, bau! Habis itu rencananya mandi mau luluran, tapi nggak jadi, soalnya udah pegel, pengennya mandi cepet langsung tiduran aja. Hahaha… nggak kuat deh kalo ngerjain rutinitas gitu tiap hari. Itu belom kegiatan lainnya! Baru rumah doang yang di urusin, belom kalo aku nanti kerja juga, belon ntr kalo punya anak, huaaaaaaaa…ckckck

Makanya sekarang ga perotes deh kalo si ibu udah cape, terus ga masak..hehehe, emang sih tugas IRT juga memastikan keluarganya sehat dengan cara menyediakan makanan yang sehat. Tapi aku kasih dipen deh, aku aja yang masak. Terus sekarang ga protes lagi kalo pagi-pagi dibangunin buat bantuin ibu nyemir rambut, kan ibu udah ga ke salon buat ngurangin biaya perawatan rambut, jadi aku harus bantuin juga buat ngerawat rambut ibu. Tapi, bu..aku ga mau sering-sering nyuci piring ya. Hahaha…

Ibuku yang keren, lekaslah pensiun…biar kurang dikit kerjaannya..hehehe… luph u mom… se-cerewetnya ibu kalo udah ngomel-ngomel masalah rumah, se-nyebelinnya ibu kalo udah nyuruh aku ini-itu, se-katronya ibu kalo lagi didepan leptop, se-lemotnya ibu kalo udah kita kerjain, hehehehehe… aku sayang ibu koq. Aku selalu ingin jadi seperti ibu suatu hari nanti, ibu yang tangguh, ibu yang sabar, ibu yang penyayang. Makasih ibu udah merawat aku sejak dalam kandungan hingga besar seperti sekarang ini, trimakasih atas pengertian ibu, dan kepercayaan ibu…

Rabu, 10 Februari 2010

Cari sandal, cari Jodoh

Aku terinspirasi menulis posting-an ini dari percakapan “gila” bareng astari, seorang teman dekatku. Waktu itu aku lagi jalan-jalan di MOG untuk mencari sandal. Udah liat di toko ini-itu nggak ada yang pas, nggak ada yang cocok, nggak ada di hati . Menurut aku sandal yang pas itu adalah sandal yang cocok di kaki, warna OK, bentuk cantik, dan harga ramah kantong. Namun sepanjang jalan aku tidak menemukan yang pas.

Ke sana nggak ada yang cocok, pindah toko ada yang bagus tapi mahal, pindah rak ada yang murah tapi nggak nyaman di kaki. Wahaha.. kita langsung berceloteh iseng “cari sendeal aja koq susah ya?!” lalu keluarlah celotehan iseng lainnya “Iya lah kita kan cari yang terbaik buat hidup kita!” wakakakaka… duh..kita ini lagi ngomongin apa sih,, as…ckckckck,, ini ngomongin sandal lho, bukan jodoh! Hehehe..

Beberapa bulan berikutnya, sehabis natal dan tahun baru, aku kembali lagi mencari sandal di mall yang sama. Namun dengan orang-orang yang berbeda, dan dengan kondisi kantong yang berbeda pula. Biasalah tahun baruan gini pasti kantongku penuh rupiah ^^
Aku mencari sandal yang beberapa bulan lalu aku inginkan. Sekarang aku sudah tidak perdulu harganya, karena aku sudah punya uang. Hahaha.. tapi tetap saja menurutku sandal yang bagus ya sandal yang harganya ramah kantong. Ternyata sudah punya uang banyak tidak merubah standar ku terhadap sandal bagus. Tetep kudu murah! Walhasil aku cuman muter-muter mall aja! Lagi-lagi tidak ada sandal yang cocok, yang pas! Lagi-lagi gagal membawa sandal baru pulang ke rumah..

Tapi beberapa hari lalu, setelah hampir 1 bulan aku tahan keinginan membeli sandal, akhirnya aku menemukan tambatan kaki! Laginya nganterin sepupu belanja perlengkapan kost, eh malah ketemu ortuq lagi borong belanjaan. Ibu baru saja beli sepatu discount-an di matahari. Tapi ternyata nomer kanan-dan kirinya berbeda. Aku diminta menukarkan sepatu itu. Tapi nggak ada lagi nomer-nya. Jadi, aku harus mencari produk lain untuk mengganti sepatu itu. Aku lihat-lihat, dan akhirnya bertemulah dengan si tambatan kaki! Hahhaa… ini bagus, cocok di kaki, modelnya aku suka, wananya juga pas, sandal ini punya merk, belinya di department store (bukan pasar besar! wakakaka), dan yang penting juga harganya lah*pelit parah*

Karena mengingat cerita diatas, aku jadi inget sesuatu! Ya, memang aku harus sabar. Bias aja aku beli sandal mahal yang aku suka itu, tapi suatu hari aku akan menyesal karena ada sandal lain yang ternyata bias aku beli dengan harga jauh lebih murah.
Yap, begitupun dengan jodoh! (jadi ingat pembicaraan aku dan astari). Mendapatkan jodoh yang pas jadi tak ubahnya mendapatkan sandal. Yang cocok, sreg di hati, karakternya aku suka, pribadinya bagus, mampu membuat aku merasa cantik, dan yang penting dia mencintai aku!

Sering kali aku yang tidak sabar dengan ketepatan waktu yang dijanjikan Tuhan! Sama seperti ketika aku merasa sudah butuh sandal, padahal hanya perasaanku saja karena terpengaruh melihat mode.

Terkadang aku berkompromi untuk menghilangkan satu dari sekian standar-ku untuk memutuskan memilih seseorang. Padahal standar itu aku buat berdasarkan pengenalanku akan tuntunan Tuhan kepada anak-anak-Nya dalam mencari jodoh yang sepadan.

Terkadang aku juga tergoda untuk meng-iya-kan seseorang yang memang perhatian dan baik terhadapku. Tapi ternyata karakter dan pribadinya tidak membuatku nyaman.

Sering kali merasa lelah, dan kecewa berkali-kali. Namun rasanya semua itu menjadi proses yang memang harus aku alami. Sama seperti ketika aku berkali-kali meletakan kembali sandal yang ku ingikan ke raknya dengan hati yang sedih, sama seperti lelahnya kaki ini mencari sandal keluar-masuk toko tapi ga ada yang cocok!

Teringat waktu aku dapat sandal itu, di saat yang tepat, dan dengan sandal yang memang idamanku. Sama seperti ibuku memahami kebutuhanku akan sandal, aku tahu Tuhan juga memahami kebutuhan anak-Nya akan pasangan hidup. Walau aku bertanya-tanya kapan waktu yang tepat itu, dan terus mencari tambatan hati yang hingga saat ini belum aku temukan yang pas. Lha wong sandal aja aku cari yang terbaik koq.. apa lagi jodoh!

Selalu ada saja hal-hal yang membuat seseoang itu tidak pas! Tapi sama seperti aku mencari sandal yang pas, aku juga akan terus mencari tambatan hati yang pas. Pas dengan hati, pas dengan standar yang aku punya . Sama seperti sandal yang aku temukan di waktu yang tepat, begitu juga tambatan hati yang akan aku temukan suatu hari nanti.

Jumat, 05 Februari 2010

M-A-A-F sedalam hati

Kata maaf itu sesederhana rangkaian empat huruf… M-A-A-F
Mengucapkannya sesederhana dua penggal kata Ma-Af
Kata ‘maaf’ seharusnya keluar ketika ada sebuah kesalahan. Namun sering kali mengucapkannya tak sesederhana ‘maaf’!

“Maaf” adalah sikap! Sikap meminta ampun, sikap penyesalan, mengakui kesalahan atau kerusakan yang diakibatkan oleh ketidakbenaran dalam diri manusia. Namun belakangan aku mengamati: meminta maaf menjadi hal simpel dalam keseharianku saat ini. terlebih lagi di tanah jawa, yang kebanyakan orangnya terlalu ramah. Satu sisi ini baik, untuk mengajarkanku bersikap rendah hati dan mau mengakui kesalahan. Namun disisi lainnya kata “maaf” ini malah menjadi sesuatu yang dipermainkan, menjauhkan ‘maaf’ dari maksud ‘maaf’ itu sendiri.

“Mintalah maaf jika kita memang benar-benar melakukan kesalahan dan menyadari kesalahan kita itu adalah suatu yang buruk, merugikan orang lain!” kata seorang dosen komunikasi dan seorang instruktur cara bersikap di depan public yang pernah mengisi acara seminar yang aku dan teman-teman selenggarakan. Ya 200% aku setuju dengan ucapan beliau. Untuk apa minta maaf kalo hanya mau numpang lewat? Bilang saja permisi! Untuk apa seorang receptionist minta maaf pada lawan bicaranya saat menanyakan nama? Toh kewajiban si lawan bicara juga memberi keterangan identitasnya! Jangan menyalahgunakan ‘maaf’!

Mengucapkan ‘maaf’ seharusnya semahal “memaafkan”. Bagiku memaafkan maling TV yang memang butuh uang untuk pengobatan anaknya lebih mudah daripada memaafkan seorang bapak yang menyia-nyiakan anak-istrinya dan pergi bersama wanita lain (sekalipun aku tidak pernah menjadi si anak terlantar)!

Mintalah ‘maaf’ atas kesalahan yang kita buat. Mintalah dengan kesungguhan hati dan benar-benar membutuhkan maaf itu agar hidup kita tenang! Mintalah maaf, namun ingatlah maaf itu berarti juga janji kita untuk tidak mengulangi kesalahan itu lagi.

Berilah ‘maaf’ atas kecewa yang kita alami. Berilah dengan tulus dan tanpa pamrih. Berilah maaf itu karena orang yang telah mengecewakan kita telah benar-benar menyesal. Jangan pernah mengobral ‘maaf’ mu, namun juga jangan meninggikan diri lalu jadi sulit memaafkan. Memberikan maaf berarti membuka lembaran baru dan memberi kepercayaan. Jangan pernah bilang sudah memaafkan kalau kita masih berkata “dulu kamu pernah”.

Mengingat hal ini, aku tak ingin bermain-main dengan ‘maaf’ lagi. Maaf sesungguh penyesalan… memaafkan setulus pembebasan.